Tampilkan postingan dengan label Jilid Tiga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jilid Tiga. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Januari 2012

Kabarkan Pada Manusia ( Satu Tujuan )

Bila pagi datang menjemputku
Akan kubuka kedua mataku
Kan aku jalani hari ini

Bila siang telah tiba di depanku
Ku biarkan matahari menyengatku
Atau hujan mengguyur tubuhku

Kabarkan pada manusia
Bahwa kita punya satu tujuan
Menjadi mulia di hadapanNya
Tolong, kabarkan pada manusia

Bila sore hadir menjemputku
Matahari terbenam, benamkan aku
Senja hilangkan sang mentari

Bila malam gelapkan jiwa ini
Ku coba tanyakan bulan dan bintangku
Satu tujuan yang kita harapkan


Kabarkan pada manusia
Bahwa kita punya satu tujuan
Menjadi mulia di hadapanNya
Tolong, kabarkan pada manusia

Ku mohon kabarkan pada manusia
Bila hidup ini begitu indah
Jika dipenuhi perdamaian

Kabarkan pada manusia
Bahwa kita punya satu tujuan
Menjadi mulia di hadapanNya
Tolong, kabarkan pada manusia

10 Oktober 2004

Regenerasi

Ku ubah masa lalu yang kelam
Ku ingin masa depan membahagiakan
Ku ganti semangatku hari ini
Akulah regenerasi orang tuaku

Ku pernah terjebak lubang dalam
Ku juga terperosok pusaran waktu
Ku ubah semboyanku saat ini
Akulah regenerasi masa lalu

Kami adalah regenerasi yang terjebak
Terjebak oleh musuh yang ketakutan
Kami bukanlah sekelompok pecundang
Pecundang yang tak berani melawan kebodohan

Ku ingin jadi penghancur kegelapan
Ku ingin menjadi sebuah penerang
Ku ganti pikiranku detik ini
Akulah regenerasi orang tuaku

Ku coba menjadi penunjuk waktu
Ku coba menjadi lingkaran api
Ku ganti akal sehatku waktu ini
Akulah regenerasi masa lalu


Kami adalah regenerasi yang terjebak
Terjebak oleh musuh yang ketakutan
Kami bukanlah sekelompok pecundang
Pecundang yang tak berani melawan kebodohan

09 Oktober 2004



Jiwa yang Terbelenggu

Terlalu sakit tubuh ini menanggung beban
Tak terkatakan berat yang aku tahan
Karena jiwaku terbelenggu

HAlusinasi merambati s'luruh isi kepala
Inginnya aku pergi saja dari sini
Tetapi jiwaku terbelenggu

Aku tak mengerti mengapa sayapku ini
Tak berkembang, ku ingin terbang
Mengapa jiwaku terbelenggu ?

Sepertinya aku bagai dihujani belati
Tertusuk seluruh jiwaku terluka
Seluruh jiwaku terluka

Jiwa yang terbelenggu, sadarkan aku
Bahwa aku nanti pasti mati
Jiwa yang terbelenggu, hembuskan nafasku
Bila besok aku nanti mati

06 Oktober 2004

Kucing Hitam

Aku adalah besi yang berkarat
Berkarat oleh waktu dan musim
Aku adalah mendung di angkasa
Yang sering tak diinginkan manusia

Yang pasti aku memang kucing hitam
Yang akan keluarkan kuku tajamku
Atau gigi taringku yang menyakitkan
Untuk ku robekkan kepalsuan duniaku

Aku adalah buku yang tersobek
Yang harus dibuang atau dibakar
Aku adalah dinding yang roboh
Yang harus tersingkir.. terus tersingkir


Yang pasti aku memang kucing hitam
Yang akan keluarkan kuku tajamku
Atau gigi taringku yang menyakitkan
Untuk ku robekkan kepalsuan duniaku

Tapi ku mohon jangan mengiblisiku
Agar aku tetap hidup di alam ini

03 Oktober 2004

Judul syair ini terinspirasi oleh kucing di keluargaku. Tapi sekarang sudah tidak ada.

Tidak Ada

Aku ada karena keberadaanNya
Yang menciptakan diriku
Tidak ada yang tak mungkin
Untuk harus diulangi

Aku hidup karena keadaan dunia
Lahirlah diriku ini
Tidak ada yang sempurna
Semua ada salahnya

Tidak ada yang mesti ku katakan
Biarlah terangkum di jiwa
Tidak ada yang patut diungkapkan
Rahasiakanlah di hati yang terdalam

Aku mati karena kehendakNya
Yang telah menciptakanku
Tidak ada yang s'lalu abadi
Aku pun pasti mati


Tidak ada yang mesti ku katakan
Biarlah terangkum di jiwa
Tidak ada yang patut diungkapkan
Rahasiakanlah di hati yang terdalam

28 Septenber 2004